Ilustrasi: godtv.com |
Oleh Muhammad
Natsir Tahar
Sampai detik ini aku belum punya ide. Aku tidak tahu harus
menulis apa. Anda punya ide? Halah, kok malah bertanya ke permisa (tanpa TV).
Daripada meringkuk di ruang hampa, lebih baik lakukan saja. Lakukan!.
Ternyata tidak buruk, tetiba aku dapat ide tapi hanya untuk
judulnya saja. Selanjutnya
biarkan semesta bicara. Elegi fase zonk –entah istilah apa ini- apakah bisa
diterjemahkan seperti rengekan para penulis
pada saat duduk terhenyak tanpa ide. Sepakat saja, atau tulisan ini
berakhir dalam dua paragraf.
Dalam pengalaman menulis kolom, kondisi semacam ini pernah
ada. Dengan memicingkan mata, aku menulis dengan judul Disesak Culdesac. Di lain
waktu pada kondisi serupa, aku berpura-pura menulis dengan mengambil tulisan
lama lalu mengubah judul dan sedikit utak atik, yang disudahi dengan doa
terburuk: semoga semua pembaca mengidap amnesia atau pernah berpapasan dengan
Men In Black untuk kemudian secara menyedihkan disinari dengan Neuralizer,
semacam alat penghapus kenangan. Atau hanya dibaca oleh pembaca pertama.
Culdesac adalah
kondisi buntu, tanpa ide sama sekali anehnya aku tetap memaksa tombol-tombol
papan tik bekerja. Culdesac berlawanan
arah dengan trance.
Trance adalah semacam kesurupan yang menimpa para penulis di saat
mereka dipenuhi ledakan ide dan membiarkan alam bawah sadarnya memegang
kendali. Setuju saja, atau tulisan ini berakhir dalam empat paragraf.
Sebenarnya bukan tak punya ide. Lintasan ide selalu ada,
tapi apakah relevan. Universitas of Southern California bahkan pernah bilang,
rerata di kepala manusia muncul 60 sampai 70 pikiran per harinya. Masa tidak
ada satu pun ide dari sana?
Bukan begitu caranya. Ini soal rahasia dapur penulis,
kecuali bila kita hanya ingin menyalin ulang ensiklopedia atau menulis storytelling paling
egois. Stop bilang, menulis itu gampang, tinggal comot sana sini dan
adakadabra. Bahkan ada penulis yang menggunakan efek Mozart untuk mengikat ide-idenya.
Kita tinggal di republik kata-kata. Ruang bumi adalah ruang
kata. Bayangkan tujuh miliar makhluk berjalan tegak yang memproduksi
masing-masing 17.000 hingga 20.000 kata per hari. Itu belum dihitung kata yang
diproduksi oleh mesin (semacam: maaf nomor yang ada hubungi sedang sibuk),
kata-kata dalam bentuk teks seperti ocehan di ruang gema (echo chamber) dan
begitu banyaknya bentuk percakapan maya lainnya. Belum dihitung suara-suara
dari musik.
Atau semacam percakapan yang direkam dan bahkan disiarkan
dengan repetisi seperti politisi -dengan pemahaman demokrasi
superfisialnya- hari-hari bicara komposisi kursi menteri di TV
dengan ekspresi mupeng. Mereka
melihat rakyat seperti selongsong peluru yang tergeletak, setelah berhasil
melesatkan diri atau kawanan mereka kembali ke lingkaran elite.
Bicara dalam hati atau bicara pada diri sendiri, itu lebih
banyak lagi. Mungkin 60.000 kata per hari per orang. Betapa banyak kata yang
diproduksi oleh bumi per detiknya. Sejak manusia mulai bicara pada 200 abad
lalu, bila tiap kata mengambil ruang satu senti meter lalu ditumpuk-tumpuk,
tumpukan itu mungkin sudah sebesar planet Jupiter.
Para penyair mencipta kata-kata estetik untuk dijadikan
puisi. Para filosof menemukan kata-kata terhebat untuk teorema
filosofisnya. Para saintis merakit kata-kata terpenting untuk
dijadikan ilmu. Para pemuka agama memilih mutiara-mutiara hikmah untuk
berkhotbah. Para buzzer politik
mengoleksi kata-kata paling sensasional untuk di-viralkan. Dan para elite
merekayasa diksi-diksi propaganda untuk dapat kursi menteri.
Lalu di mana posisi penulis? Mestinya dapat menjadi apa
saja bila kita bicara profesionalisme. Penulis dapat dibebani tugas untuk
menulis apa saja karena penulis dapat menjadi siapa saja (tidak disarankan
untuk buzzer partisan
dan elite mupeng). Atau siapa saja dapat menjadi penulis, dan siapa saja dapat
memilih untuk tidak menulis.
Memilih untuk tidak menulis, bagi sedikit orang seperti
memilih untuk tidak bernafas. Bagian terakhir ini betul-betul anti-mainstream, tapi
mereka ada. Ketika terhenyak dalam fase zonk saat ini aku harus memilih apa.
Apakah harus berhenti bernafas? Anda punya ide? Atau tulisan ini berakhir dalam
12 paragraf?. ~MNT
Comments