Ilustrasi: www.newyorker.com |
Oleh Muhammad Natsir tahar
Usah
diragukan, Spongebob
Squarepants sebagai serial animasi paling populer di semesta
Nickelodeon. Sejak ia lahir dalam jagat animasi tahun 1999 dan bertengger
hingga kini, balada spons kuning ini tidak hanya membawa penonton menyelam ke
dasar laut Bikini Bottom, namun kita juga tertarik untuk menyelaminya secara
filsafat. Para tokoh kartun ini mampu merefleksikan siapa kita.
Bikini
Bottom adalah sebuah kota di dasar laut bersama langit yang dipenuhi bunga. Di
sanalah Spongebob tinggal. Entah bagaimana benda ini bisa tercemplung ke sana
dan menjadi warga biota laut serta berbicara. Ia tinggal di dalam rumah
berbentuk nanas di Jalan Conch Nomor 124, Bikini Bottom. Spongebob bertetangga
dengan Squidward Tentacles, seekor gurita penghuni rumah mirip patung Easter
Island serta Patrick si bintang laut lugu yang tinggal di balik batu.
Spongebob,
sebagai tokoh utama adalah pribadi yang baik, mudah diajak berteman, dan
optimistis. Dia juga memelihara seekor siput yang bernama Gary. Pekerjaannya
sehari-hari adalah koki di rumah makan Krusty Krab. Spongebob mendapat
penghargaan Employee of the Month 374 kali
berturut–turut, yang terkenal dengan burgernya Krabby Patty. Dia juga
bersekolah di Mrs. Puff Boating School, sekolah mengemudi Nyonya Puff.
Karakter
si spons mandi yang unik ini dibahas secara filosofis oleh Hasbi Ilham Hakim
dalam tulisannya berjudul Spongebobisme: Menelisik Filsafat Sufistik
dalam Spongebob. Tak usah dibantah bahwa Spongebob adalah makhluk yang
paling bahagia: Pursuit of Happiness.
Meskipun
dalam beberapa adegan ia tampak depresi dengan menyeret wajahnya ke lantai.
Yang
terpenting sebenarnya, ia menjadikan kebahagiaan sebagai tonggak dan tujuan
utama kehidupan tanpa dendam dan sakit hati. Puncak kebahagiaannya bukan pada
uang seperti Tuan Krabs, kekuasaan seperti Plankton, dan kehormatan seperti
Squidward.
Aristoteles
mengutarakan bahwa kehidupan yang berkualitas ialah kehidupan yang penuh dengan
kebahagiaan. Ia pun menggambarkan bahwa kebahagiaan berstatuskan eudaimonia,
yang berarti hidup dengan baik, hidup penuh keseimbangan dan tidak berlebihan.
Aristoteles
memandang bahwa kebahagiaan berasal dari idenya tentang kebaikan dan kejahatan.
Kejahatan sendiri bersumber dari sesuatu yang berlebihan, seperti halnya Tuan
Krabs yang berlebihan mengejar harta, dan ia merupakan pengungkapan bahwa
dirinya tidak dapat mengontrol diri sendiri.
Dalam
episode “Dying for Pie”, ketika Spongebob memakan bom pie pemberian
Squidward yang culas, dan ia tahu konon akan meledak di sore hari nanti,
alih-alih mengecam Squidward, ia berkata, “Bila aku mati, meledak berkeping-keping
karena kecerobohan seorang teman.. well, tak apa-apa”
Menurut
penulisnya Joseph J. Foy, Spongebob dalam episode itu, merasakan bahwa hidupnya
telah lengkap dan penuh berkecukupan. Ia tidak membutuhkan sesuatu apapun untuk
bahagia, dan kebahagiaan yang ia miliki tidak membutuhkan suatu alasan.
Hasbi
menyebut, Spongebob tergambarkan jelas dalam konsep utama sufisme yang diusung
oleh Al-Ghazali. Self-Mastering, sebagai jalan menuju kebahagiaan
abadi: pengetahuan Tuhan dan pengetahuan diri. Maka Sponge dari sisi ini adalah
seorang dengan derajat mulia meskipun ia absurd dan konyol. Ia
sangat berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya dari kacamata filsafat dan siapa
tokoh di baliknya (saya terinspirasi dari tulisan status Sukma Cintami dalam
Forum Diskusi Sains dan Filsafat).
Spongebob
memiliki karakter yang berpedoman pada filsafat Absurdisme. Ia berontak melawan
absurditas dan mengelola setiap keanehan dalam hidupnya dengan cara
menikmatinya seperti Albert Camus.
Spongebob
pernah disulap menjadi lebih tampan dengan rambut rapi dan wajah yang bulat
serta tubuh yang tidak dipenuhi banyak lubang, tapi ia memilih sediakala,
sebagai apa adanya.
Lalu
Squidward si gurita anti sosial, kutu buku dan sinistis, adalah karakter
yang menderita krisis Eksistensial akut juga Nihilisme. Squidward merupakan
perpaduan seseorang yang obsesif terhadap filosof Kierkegaard dan Nietzsche.
Jika Anda
bertetangga dengannya dan rumah Anda kebakaran, Squidward butuh waktu beberapa
menit untuk beranjak dari dipannya lalu berteriak, “siapa yang berisik di luar
sana, kalian menganggu istirahat saya. Hentikan semua kebodohan ini”. Ia butuh
pengakuan, suka bermain klarinet walaupun musik yang dilagukannya buruk. Ia
sendiri menganggap dirinya seorang seniman hebat dan orang yang pintar.
Tuan
Krabs pula adalah karakter materialistis sejati yang menuhankan uang. Kepiting
merah veteran perang ini adalah seorang kapitalis murni, yang mampu menghidu
bau uang dari jarak yang tak bisa diduga. Ia menyerap dan melencengkan filsafat
Adam Smith.
Plankton,
makhluk super mini dengan karakter genius yang penuh siasat. Ia begitu iri
dengan monopoli bisnis dan kapitalisme Tuan Krabs dan selalu ingin
menghancurkan usaha Krusty Krab dengan cara mencuri formula rahasia Krabby
Patty. Meski tidak seluruhnya benar, ia hampir menyerupai sosok Komunis sejati
yang terobsesi kepada filsafat Karl Marx.
Sandy si
tupai betina, adalah karakter yang mahir bela diri serta sangat mencintai sains
dan teknologi. Dengan itu ia mampu mengakses Bikini Bottom untuk berteman
dengan Spongebob. Sandy adalah contoh seorang Rasionalis sejati yang terdampar
dari habitat aslinya yakni daratan Texas. Sandy mirip perpaduan antara Lara
Croft dalam Tomb Raider dengan industrialis Elon Musk.
Terakhir
adalah Patrick, si bintang laut berbadan tambun. Ia memiliki karakter konyol,
merepotkan dan agak terbelakang (down syndrome). Sulit mencari
padanan filosof atau tokoh untuknya. Ia berteman tanpa syarat bersama
Spongebob untuk sesekali menangkap ubur-ubur dan bermain gelembung serta aneka
aksi konyol lainnya.
Hanya Spongebob yang bebas nilai dapat menerima Patrick
sediakala, jika bersama yang lain terutama Squidward ia pasti akan dijauhkan,
sejauh yang dia bisa. Dapat dipastikan, Squidward adalah pria yang paling
tidak dicintai di Bikini Bottom. Karena mengutip Friedrich Nietzsche, Anda
harus belajar menjadi spons, jika Anda ingin dicintai oleh hati yang meluap. ~MNT
Comments