Oleh Muhammad Natsir Tahar
Ego besar itu terperangkap
puluhan tahun dalam tubuh layu dengan saraf motorik lumpuh total. Hanya lewat
otot pipi yang tersambung ke alat bicara ia bersabda di atas kursi roda: Tuhan
tidak ada dan surga adalah igauan bagi orang-orang yang takut kegelapan.
Ia sama langkanya dengan
penyakit yang ia derita, Sklerosis
Lateral Amiotrof (ALS), kelumpuhan total syaraf secara perlahan dan
menahun. Ia hidup dalam bayang – bayang kematian sejak umur 21 tahun dan ajal
baru menjemputnya 14 Maret 2018 lalu dalam usia 76 tahun.
Stephen William Hawking
adalah fisikawan teoretis, kosmologi, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre
for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge. Penuh kerumitan untuk
menjelaskan isi kepala Hawking, jenius abad ini yang sepantaran dengan Albert
Einstein, sama-sama astrofisikawan hebat.
Lewat kejeniusan dan
penjelajahan otak supernya ke sekujur jagat raya, pria kelahiran Oxford 8
Januari 1942 ini gagal menemukan Tuhan, untuk kemudian menyangkalnya.
Ketidakpercayaan adanya Tuhan itu muncul justru setelah ia makin tunak
menyelami sains, terutama kosmos.
Dikutip dari Bousso, Raphael (1997),
Pair Creation of Black Holes in Cosmology,
Hawking adalah orang pertama yang memaparkan teori Kosmologi (ilmu
yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar) yang
dijelaskan dengan menggabungkan teori Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum. Ia
juga mencetus prediksi teori bahwa lubang hitam mengeluarkan radiasi, yang
kemudian disebut Radiasi Hawking.
Hawking telah bersusah payah untuk
membuat penyederhanaan agar tulisan-tulisannya yang demikian rumit dapat
dicerna secara awam. Seperti sama rumitnya dengan teori Lubang Hitam yang
diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon
Laplace.
Lubang hitam adalah obyek luar angkasa yang maha padat dan
maha dahsyat. Dikatakan demikian, obyek ini punya tarikan gravitasi sangat kuat
sehingga dapat menghisap dan memerangkap semua benda langit di sekitarnya,
entah itu planet seperti bumi, bulan, meteor hingga cahaya sekalipun. Di sekitar lubang hitam ada permukaan yang disebut Horizon
Peristiwa, sebagai perbatasan dalam ruang dan waktu. Lubang hitam muncul dari
ledakan supernova ketika bintang-bintang kehabisan bahan bakar dan melemahnya
pancaran radiasi. Nah,
melalui radiasi yang ditemukan Hawking, lubang hitam akan mati atau disebut
juga penguapan lubang hitam. Dalam proses yang demikian panjang dan manusia
tidak mampu menyaksikan apapun dari peristiwa ini.
Sebagai pengingat,
kajian terbaru menyebutkan bahwa ada satu lubang hitam yang paling dekat dengan
bumi berkode V616 Mon (A0620-00).
Terletak di rasi bintang Monoceros dan berjarak 3.000 tahun cahaya.
Memiliki massa sekitar 13 kali matahari. Jika manusia terhisap lubang hitam, tubuh
kita akan menyerupai pasti gigi yang menyeruak dari wadahnya, memanjang dan
meregang. Seorang ahli astronomi asal Inggris, Sir Martin Rees menyebut
fenomena ini dengan nama Spaghettification.
Jika
kita berhasil hidup ketika terhisap ke dalamnya, kita akan mengalami pembengkokan ruang dan waktu,
lalu kemudian dapat menyaksikan segala hal yang terhisap ke dalam lubang
tersebut sebelum dan sesudah terhisap. Ini artinya, kita akan dapat menyaksikan
seluruh asal usul alam semesta, mulai dari peristiwa Ledakan Besar (Big Bang) hingga akhir riwayat alam
semesta itu sendiri.
Dari
penjelajahan kosmosnya, Hawking berkali-kali berucap bahwa ia seorang ateis.
Menurutnya, tidak masuk akal bila Tuhan pernah menciptakan alam semesta. “Waktu
tak eksis sebelum big bang, jadi tak
ada waktu bagi Tuhan untuk menciptakan semesta," kata Hawking.
Kita sulit menebak apakah
Hawking seorang ateis total atau masih meraba Tuhan (agnostik). Sebab ia masih
menyelundupkan Tuhan di balik keangkuhan postulatnya. "Einstein salah ketika mengatakan 'Tuhan tidak
bermain dadu'. Dengan mempertimbangkan lubang hitam maka Tuhan bukan hanya main
dadu namun kadang juga membuat kita bingung dengan melempar lubang-lubang hitam
yang tidak bisa dilihat," ucap Hawking dalam The Nature of Space And Time, terbit 1996.
Kita juga tidak tahu, apa
yang terjadi kepada Hawking dan orang-orang ateis lainnya setelah wafat. Atau
misalnya seperti Pof. Paul Ehrenfest yang sengaja bunuh diri untuk menembus
alam baka, guna memastikan apakah benar ada Tuhan di sana. Hawking sudah merasa
sempurna dengan sains yang ia pelajari. Menurutnya, sains akan menang karena ia
bisa bekerja. Sains berbasis observasi sedangkan agama berbasis kekuasaan yang
memaksa.
Terbalik dengan
Aristoteles, sebagai bapak ilmu pengetahuan kognitif ia pernah menyebut, di
alam kosmos ini terdapat penggerak-penggerak yang lain yakni
penggerak-penggerak cerdas dari planet-planet dan bintang-bintang. Ia disebut
Penggerak Agung (The Prime Mover), atau Tuhan. Pula René Descartes sebagai bapak filosof modern sekaligus
ilmuan dan matematikawan pernah menyebut, Tuhan adalah zat nirbatas dan abadi
serta tidak berubah, mandiri, dan maha tahu.
Pastikan
kita tidak goyah, bahwa Hawking pasti bertemu Tuhan di sana, atau iman kita
sedang dipertanyakan. Lubang hitam itu mengancam iman, karena ia akan memutar
ulang dan mengaduk–aduk keseluruhan waktu garis lurus, sejak kita tiada, ada
dan kembali tiada. Jika benar, maka lubang hitam akan mengacak-acak sejarah umat
manusia, sejarah kenabian, bahkan sejarah tentang Tuhan itu sendiri. ~MNT
Comments