Ilustrasi: https://untappedcities-wpengine.netdna-ssl.com |
Oleh Muhammad Natsir Tahar
Dua setengah juta tahun lamanya, spesies manusia hidup dan
punah di muka bumi. Manusia telah melewati tangga-tangga revolusi untuk dapat
dilihat seperti saat ini, dengan sedikit mengabaikan episode kenabian di tangga
pertama.
Tangga pertama adalah Revolusi Kognitif. Ini
adalah babak penentu apakah spesies Homo Sapiens dapat
mengendalikan planet ini atau tidak. Dukungan arkeologis lebih kuat berpijak
pada bukti – bukti empiris melalui pemetaan DNA yang terdapat pada fosil.
Sehingga apabila dikatakan manusia cerdas Adam dan Hawa turun dari surga
sebagai manusia pertama, mestinya tidak ada manusia primitif yang memenuhi
seluruh permukaan benua secara hampir serentak.
Di sinilah rantai sejarah antara dogma Samawi
dengan penganut Darwinian terputus. Di antaranya adalah waktu antara turunnya
Adam dengan umur fosil manusia, dan cara migrasi secara nomaden untuk melintasi
samudera dan benua dari satu titik awal yang berada di luar batas nalar
manusia. Para peneliti juga sedang mempertanyakan jejak genetika leluhur
manusia modern (Homo Sapiens) dan kaitannya dengan manusia
prasejarah Homo Neanderthalensis yang punah 30.000 tahun
silam. Karena pada lintasan milenium yang sama, Naenderthal justru lebih cerdas
dari Sapiens.
Revolusi Kognitif adalah tentang awal mula manusia
mengembangkan kemampuan vokal dan naluri sosial. Manusia mulai mampu
mengelaborasi nalarnya dan menyampaikan berita-berita penting kepada kawanan
lainnya seperti ancaman singa raksasa bergigi pedang atau tarantula purba, atau
kemampuan mendelegasikan tugas-tugas: siapa yang pergi berburu dan siapa yang
mencungkil umbi-umbian atau cacing tanah.
Anehnya ketika kemampuan kognitif dan nalar manusia
mulai berkembang, ketika itu pula mistis dan mitos ikut tumbuh. Manusia
kemudian hidup dalam realitas ganda, kuat dan pintar secara fisik, tapi penurut
dan pasrah di bawah kendali mitos. Meski demikian, mitos pulalah yang menjadi
penyebab terciptanya bangsa – bangsa dan imperium. Mitos pula yang telah
menentukan siapa kaisar, siapa legiun perang dan siapa pelayan – pelayan.
Tangga kedua, Revolusi Pertanian. Transisi menuju pertanian dimulai sekitar 9500 – 8500 SM di
wilayah perbukitan Turki tenggara, Iran barat, dan Masyrik. Manusia tidak lagi
berburu dan mengumpul makanan, tapi mulai mencurahkan perhatiannya untuk
menyemai biji dan merumahkan hewan ternak.
Paradoks-nya adalah, pada saat bersamaan muncul fenomena kurang gizi dan fisik yang melemah akibat makin terbatasnya asupan nutrisi yang hanya didapatkan dari apa yang ditanam. Sejurus kemudian manusia mulai diserang berbagai penyakit yang ditularkan dari hewan ternak. Revolusi Pertanian telah melahirkan manusia gandum atau padi-padian berfisik lemah dan kadang-kadang dilecut oleh tuan tanah yang menyelinap dari pintu belakang sejarah.
Paradoks-nya adalah, pada saat bersamaan muncul fenomena kurang gizi dan fisik yang melemah akibat makin terbatasnya asupan nutrisi yang hanya didapatkan dari apa yang ditanam. Sejurus kemudian manusia mulai diserang berbagai penyakit yang ditularkan dari hewan ternak. Revolusi Pertanian telah melahirkan manusia gandum atau padi-padian berfisik lemah dan kadang-kadang dilecut oleh tuan tanah yang menyelinap dari pintu belakang sejarah.
Tangga ketiga, Revolusi Moneter. Revolusi
Pertanian mendorong manusia untuk membentuk jejaring naluri buatan yang disebut
Budaya. Setiap entitas yang mendiami lembah tertentu misalnya menjadi demikian
seragam, namun kehidupan semakin kompleks di luar sana. Cangkang kerang cantik
tidak mungkin terus menerus ditukar dengan batu api berkualitas premium. Mereka
membutuhkan alat tukar yang disebut uang.
Ternyata setiap anak tangga sejarah manusia telah diolesi
minyak penggelincir. Awalnya uang datang dengan baik-baik. Nilai koin emas dan
perak persis sama dengan kandungan materialnya sampai kemudian uang kertas
diciptakan.
Uang kertas menjadi alat tukar yang dijaga penuh oleh mitos. Ia telah jauh meninggalkan nenek moyangnya yakni koin emas dan perak. Revolusi Moneter menciptakan gelembung ekonomi melalui bank – bank yang diberi kamampuan menciptakan uang – uang khayalan yang sewaktu – waktu akan meledak.
Uang kertas menjadi alat tukar yang dijaga penuh oleh mitos. Ia telah jauh meninggalkan nenek moyangnya yakni koin emas dan perak. Revolusi Moneter menciptakan gelembung ekonomi melalui bank – bank yang diberi kamampuan menciptakan uang – uang khayalan yang sewaktu – waktu akan meledak.
Tangga keempat, Revolusi Sains. Tangga
Revolusi Sains disusun dari mozaik-mozaik peradaban oleh para Manusia
Renaisans. Mereka telah tidur seribu tahun, ketika filsuf dan ilmuan Islam
membangunkan mereka di ujung abad pertengahan. Filsafat Aristoteles telah
dibangkitkan kembali di Jazirah Arab 700 tahun lebih awal manakala awan gelap
kebodohan sedang menyelimuti langit Eropa. Namun begitu Eropa terbangun, mereka
tidak lagi terhentikan.
Revolusi Sains telah memanaskan tungku peradaban. Ketika
seluruh mesin yang bisa diciptakan telah dan akan diciptakan. Mesin – mesin itu
membuat manusia bergerak lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak. Manusia
Eropa mulai merakit senjata api, memulai ekspedisi dan membangun imperium di
seluruh dunia. Sebagian berhasil menguasai Kepulauan Rempah – rempah,
sebagian lagi tersesat di benua Amerika, membinasakan dan membangun ulang
peradaban.
Tangga kelima, Revolusi Digital. Sementara,
inilah tangga pemuncak peradaban manusia. Telah lahir generasi milenial yang
bergerak dan berpikir secara digital. Mereka telah terhubung langsung demikian
global dan menembus batas – batas tradisional tentang bangsa dan negara dengan
jeda waktu sepersekian detik.
Era milenial telah menyediakan lapangan permainan yang jauh lebih luas dan lebih cepat dari apapun yang pernah tersedia sebelumnya. Namun di situ pula manusia seperti hidup dalam cangkang digital yang melumpuhkan urat syaraf pertemanan fisik.
Era milenial telah menyediakan lapangan permainan yang jauh lebih luas dan lebih cepat dari apapun yang pernah tersedia sebelumnya. Namun di situ pula manusia seperti hidup dalam cangkang digital yang melumpuhkan urat syaraf pertemanan fisik.
Melalui rekayasa sains, manusia akan menabrak hukum alam
lewat serangkaian tindakan cerdas untuk memanipulasi kehidupan. Gen – gen
paling cerdas dan terkuat akan dikumpulkan dalam satu tubuh melalui
rekayasa cyborg.
Dengannya akan tercipta manusia super. Pada 2050 sebagian kecil manusia sudah menjadi a-mortal. Di dalam tubuhnya ditanamkan robot – robot nano atau supermikro yang akan menghancurkan semua jenis penyakit dan apapun yang dapat menyebabkan kematian. Memungkinkan manusia hidup terus menerus, kecuali terjadi kecelakaan fatal yang merusak organ.
Dengannya akan tercipta manusia super. Pada 2050 sebagian kecil manusia sudah menjadi a-mortal. Di dalam tubuhnya ditanamkan robot – robot nano atau supermikro yang akan menghancurkan semua jenis penyakit dan apapun yang dapat menyebabkan kematian. Memungkinkan manusia hidup terus menerus, kecuali terjadi kecelakaan fatal yang merusak organ.
Mari kita mengingat kisah fiktif DR Frankenstein yang
menciptakan makhluk buatan yang kemudian lepas kendali dan menjadi petaka.
Kisah ini mewanti-wanti kita, bahwa jika kita sedang bermain-main dalam wilayah
Tuhan, kita akan dihukum dengan berat. Lagi pula katanya kiamat sudah dekat!.
~MNT
Comments