Ilustrasi: larspsyll.wordpress.com |
Oleh Muhammad Natsir Tahar
Artikel
ini ditulis dalam keadaan buntu. Deadline itu bagi seorang
kolumnis bagai lonceng kematian. Kau tahu Dementor? makhluk supranatural
penjaga Penjara Azkaban paling menakutkan dalam Harry Potter. Sosok itu sedang
di sini sekarang. Seolah siap merengkuh penulis – penulis kehabisan ide macam
aku. Culdesac!
Apa lagi
yang mau ditulis, aku sudah tumpah. Cawan ini terlalu kecil. Penulis
butuh recharge, agar otaknya kembali normal. Dengan cara apa?
Sedangkan Dementor sudah berada tepat di wajahku. Ia menatap tanpa biji mata.
Setidaknya kau pernah dengar, makhluk hitam ini dicipta untuk menghisap segala
kenangan kegembiraan dan kebahagiaan seseorang, lalu mati dalam ketakutan.
Ketakutan gagal menulis kolom. Culdesac!
Aku butuh
ide. Ide – ide yang dibagi di lini masa, bukannya membuat otakku ngembang malah
jadi ciut. Dalam lini masa, yang baik – baik untuk ide sudah hanyut bahkan
tenggelam dalam samudra kebencian dari orang – orang yang sudah diisap Dementor
duluan.
Apa itu Kaum Bumi Datar, Sumbu Pendek, Bani Serbet Taplak Mendadak? Semakin aku pikirkan, semakin buntu. Berharap kedua pihak tidak dijadikan alat perang Proxy antara poros Washington dan Beijing, yang terkekeh dari kejauhan misalnya. Apakah akan muncul ide dari sini? muak dan tentu saja: culdesac.
Apa itu Kaum Bumi Datar, Sumbu Pendek, Bani Serbet Taplak Mendadak? Semakin aku pikirkan, semakin buntu. Berharap kedua pihak tidak dijadikan alat perang Proxy antara poros Washington dan Beijing, yang terkekeh dari kejauhan misalnya. Apakah akan muncul ide dari sini? muak dan tentu saja: culdesac.
Oya, aku
masih punya setumpuk buku, mungkin saja ada ide di sana. Tapi apakah akan
berhasil. Secara aku mengoleksi buku berdasarkan tingkat keanehannya, bukan
pada kepopulerannya. Buku macam Crazynomics, The Black Swan, How
to Succees in Business Without a Penis atau Codex
Seraphinianus, ide populer apa yang bisa muncul dari sini? Paling – paling
hanya ingin menegaskan diriku sebagai: Penulis dengan Otak Terbalik. Ngaji
Senget! kata Ramon Damora. Culdesac!
Tetiba di
WAG Negeri Katakata, Fatih Muftih - sastrawan belia berwajah Socrates muda ini
– meminta guru spritualnya Hasan Aspahani, sesama “Socrates” menyebutkan lima
nama – nama ikan. Ups! maksudnya lima novel yang wajib dibaca. Dengan syahdu
dan mantap jiwa, Hasan menyebut judul: Bumi Manusia, Godfather, Max
Havelaar, Silence of The Lamb dan Supernova.
Kemudian Sang Inspirator Rida K Liamsi dengan gagah perkasa bersabda tentang: Pride and Prejudice, Lolita, Roma, The Magic Strings of Frankie Presto dan The Wolf of Wall Street, masing – masing lengkap dengan nama pengarangnya. Begitu seterusnya, beberapa orang menyebut lima novel favorit mereka. Aku mati gaya karena tak pernah menghabiskan satu novel pun - untuk dijadikan ide tulisan - kecuali The Boy in the Striped Pyjamas.
Kemudian Sang Inspirator Rida K Liamsi dengan gagah perkasa bersabda tentang: Pride and Prejudice, Lolita, Roma, The Magic Strings of Frankie Presto dan The Wolf of Wall Street, masing – masing lengkap dengan nama pengarangnya. Begitu seterusnya, beberapa orang menyebut lima novel favorit mereka. Aku mati gaya karena tak pernah menghabiskan satu novel pun - untuk dijadikan ide tulisan - kecuali The Boy in the Striped Pyjamas.
Profesi
penulis betul – betul jalan lengang berkabut. Semasa kecil dulu, profesi
ini unknown. Pada skala 1 sampai 10, profesi dokter, astronot,
pilot dan pedagang buah-buahan selalu ada di urutan teratas, sedangkan profesi
penulis bukan di urutan ke 10, tidak ada dalam daftar. Tapi jangan anggap
enteng Penulis – maksa mode on – setidaknya mereka punya
kemampuan determinasi menghadapi tekanan dan deadline.
Proses
lahirnya tulisan adalah sangat rigit waktu. Seorang penulis berkelahi dengan
masa untuk menemukan isu, menganalisis dan menerbitkan tulisan. Penulis juga
harus punya positioning, kalau selalu menulis di luar kotak,
maka harus tetap di luar kotak, jangan terseret pada isu – isu mainstream.
Inilah yang sedang menimpaku sekarang. Aku disesak Culdesac!
Dari
tapi culdesac.. culdesac! Apa itu? Dalam kecepatan pencarian
0,94 detik, Pak Cik Google berhasil mengumpulkan sekitar 52.100.000 hasil yang
menjawab apa itu culdesac. Terjemahan bebasnya
begini: culdesac adalah sebuah kata serapan yang berasal
dari frasa Bahasa Katala yang mengacu pada buntu atau jalan tertutup. Kata culdesac telah
menginspirasi penggunaannya sebagai metafora dalam sastra dan budaya.
Meskipun
seakan menjadi frasa pinjaman dari Prancis, ekspresi culdesac berasal
dari Inggris selama periode ketika Bahasa Perancis dituturkan oleh para
bangsawan Inggris. Dalam Bahasa Katala atau Bahasa Occitan, culdesac secara
harfiah berarti dasar tas, tapi secara metafora juga berarti berhenti sejenak
atau lupakan lalu kembali melanjutkan.
Baiklah
untuk menyiasati agar halaman ini cukup, aku tutup saja bualan culdesac ini
dengan puisi. Puisi satu – satunya -sampai tulisan ini diturunkan- yang senasib dengan The Boy in the
Striped Pyjamas.
GUBERNUR SU
Teman puisiku
Pergilah ke Hangzhou seribu tahun lalu
Bawalah salinan puisimu
Kau kan dapatkan secawan anggur
dan teh kelas satu
Jika hoax borgol aku
Seketika itu semua orang kedai
adalah pemuja puisi kau tahu?
Ketika itu kau akan serumah
dengan Gubernur Su
Tika itu seisi istana Kaisar Wu
adalah penghapal baitmu
Benar sekarang tak serupa itu
Jamak laksana miaw jantanku
Mengeja puisi angin lalu
Menguap dengkur
menangkap kekupu
Kau tahu otak kekupu?
Yang mengelilingi lelampu
Gelepar terpanggang setelah itu
Sebab Mark Zuckerberg
bukan Gubernur Su. ~MNT
Comments