Oleh Muhammad Natsir
Tahar
Darwinisme
menyebut manusia sebagai organisme terpintar dalam kerajaan hewan, meski ada
perdebatan apakah cetaceans
seperti lumba-lumba dapat saja mempunyai intelektual sebanding. Manusia adalah
satu-satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia memiliki
perbandingan massa otak terbesar di antara semua hewan besar.
Paham
ini tentunya keterlaluan dan melangkahi dogma karena kasta manusia sejatinya
diletakkan di tengah – tengah antara hewan dan malaikat. Manusia tidak
dibaurkan dengan makhluk melata, merayap, berenang atau terbang. Manusia itu Chalip – khalifah
- yang punya kemampuan untuk mengendalikan bumi sekaligus mengandangkan semua
hewan.
Charles
Darwin dengan kasar menyebut manusia sebagai hewan primata yang tiba – tiba
punya otak dan muncul sebagai pemenang. Dengan mengumandangkan Teori Evolusi ia
menyebut fakta tentang kera yang mempunyai DNA sangat mirip dengan manusia,
sehingga teori ini secara logis bisa diterima.
Namun
Darwin dapat dipatahkan karena ia gagal mengungkap missing link atau
hubung-kait yang lepas dari proses evolusi manusia dari kera hingga manusia
modern. Missing
link ini masih belum dapat ditemukan penyambungnya, sehingga Darwin sulit
diterima. Sebagian besar penganut agama Samawi mempunyai teori Sudden Creation
yaitu manusia diciptakan langsung oleh Tuhan dan tidak melalui proses evolusi
dalam imajinasi Darwin.
Manusia
secara umum terus mengembangkan kemampuan otaknya yang mulai terlihat sejak
zaman Batu Muda (Neolitikum). Melewati titian masa kebudayaan Megalith,
zaman logam, modern dan – sedang – menuju post modern.
****
Literatur
tentang Posmodernisme sesuai Nietzsche dan Heidegger mengaitkannya sebagai sebuah tanggapan
terhadap paham modernisme yang menekankan rasionalitas, keutuhan, koherensi,
logika dan sistematika berpikir. Bagi para pemikir posmodern, pola berpikir
yang dipakai dunia adalah pola berpikir khas peradaban Barat yang dipaksakan ke
seluruh dunia melalui proses penjajahan.
Menurut
Akademisi Reza Wattimena, sebagai sebuah aliran pemikiran, posmodernisme
mengandung dua hal yang saling bertentangan, yakni sikap nihilistik di hadapan
dunia, serta sikap revolusioner untuk menantang segala hal yang menindas.
Di
dalam perkembangannya, posmodernisme pun melahirkan banyak cabang pemikiran,
mulai dari analisis gender, semiotika sampai dengan filsafat politik. Nuansa
revolusioner kemudian menipis, digantikan dengan nuansa nihilistik, yakni
penghancuran total semua narasi yang strukturalis dan sempit.
Posmodernisme
untuk beberapa masa ke depan akan sulit diterima dan mendapat penentangan. Hal
ini terlihat dari gelagat manusia modern yang sulit memisahkan dirinya dengan
romantisme masa lalu, patriotisme, feodalisme dan paham rasisme untuk unggul
dari bangsa lain.
Amerika
yang disangka – sangka paling terbuka dan modern di atas bumi ini justru banyak
memilih Trump yang agresif dan rasis. Fakta ini menjelaskan bahwa tingkat
modernitas manusia baru sebatas pada teknologi, bukan kepada pola pikir.
Untuk menjadi modern saja sudah abu – abu apalagi berharap terciptanya
masyarakat kosmo yang pos modernis.
****
Kamis,
23 Maret 2017, adalah hari gelap kesekian kalinya bagi kota Mosul, Irak. Kota itu mengalami
pemboman besar-besaran dari Koalisi Amerika Serikat (AS) selama lebih dari tiga hari. Pada Jumat, 24 Maret 2017, sudah ada sekitar 150 mayat terkubur reruntuhan bangunan
yang terkena bom. Di tempat lain, Sabtu, 25 Maret, sekitar 80 mayat
ditemukan di bangunan lain. Sampai sekarang tidak jelas, apakah para korban ini
anggota ISIS, atau rakyat sipil biasa.
Serangan
koalisi AS itu tidak berhenti. Bahkan, orang-orang yang berusaha menyelamatkan
korban reruntuhan berbagai gedung juga ikut terkena bom. Sampai sekarang, sudah
ada lebih dari 200 korban. Di antara para korban juga terdapat anak-anak.
****
Konsep
keamanan kuno yang dilakukan oleh AS dan sekutunya yang masih
menekankan peranan negara dan militer, dari konsep posmodernisme dianggap
ketinggalan zaman dan lebih menyerupai metode abad lampau dan diselubungi sisa
– sisa merkantilisme.
Ancaman
keamanan tidak melulu muncul dari senjata tempur kuno, melainkan dari
kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, ketidakaadilan sosial,
pelanggaran HAM dan kekurangan gizi. Konsep keamanan yang baru menawarkan
pendekatan yang lebih menyeluruh, mulai dari kesejahteraan fisik dan batin
manusia, sampai dengan kelestarian alam. Di balik itu kepentingan AS dan
sekutunya di Timur Tengah masih amat besar, terutama soal sumber daya minyak
yang masih menjadi motor penggerak berbagai industri di dunia.
Ada
tiga bagian otak manusia yakni otak Reptil untuk pertahanan dan makanan,
kemudian otak Mamalia yang berfungsi di antaranya sebagai penyimpan memori,
pengendalian emosi, metobolisme dan seterusnya. Yang terakhir adalah Neokorteks
terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi-sisi otak Mamalia. la merupakan 80%
dari seluruh Tiateri otak manusia. Tugas Neokorteks adalah berpikir, berbicara,
melihat, dan mencipta. Otak ini merupakan tempat kecerdasan manusia.
Politik
internasional dengan senjata sembari mengamankan cadangan minyak adalah cara
kerja otak Reptil. Otak ini mendominasi cara bertindak kera yang disebut Darwin
sebagai nenek moyang manusia modern. ~MNT
Comments