Oleh Muhammad Natsir Tahar
Otak itu
dipindahkan tujuh jam setelah kematiannya oleh Thomas Harvey secara diam -
diam. Ia mengalami perjalanan panjang setelah meninggalkan tubuh kaku Einstein,
Harvey melarikan diri dengan risiko kehilangan pekerjaan dan terus menggendong
otak itu saat pindah ke Wichita, Kansas. Lalu membawanya lagi dalam perjalanan
kembali ke Princeton, New Jersey.
Harvey
adalah seorang ahli patologi dari Princeton University. Ia mengangkat otak sang
jenius revolusioner lewat autopsi dan berharap penentu kecerdasan bisa
terungkap dengan menelitinya.
Selama 20
tahun sejak 1955, Harvey menyimpan otak tersebut dalam botol yang diisi jus
apel, sebelum dipindahkan ke sebuah tabung khusus. Namun dia tidak berhasil
menemukan jawaban mengapa Einstein begitu jenius. Mungkin itulah balasan untuk
seorang pencuri.
Otak
brilian milik Einstein akhirnya hancur juga. Dalam sebuah perjalanan lintas
negara di tahun 1990, ketika Harvey mendapat undangan khusus dari Bernhard
Caesar Einstein – cucu Einstein - otak itu tertumpah saat diletakkan di bagasi.
Kisah perjalanan itu kemudian ditulis dalam sebuah buku berjudul “Driving Mr.
Albert: A Trip Across America with Einstein’s Brain” oleh Michael Paterniti
yang melihat langsung kejadian itu.
Serangkaian
penelitian yang rumit berhasil mengungkap beberapa keunikan otak Einstein yang
diduga terkait dengan kecerdasannya. Salah satunya hasil penelitian Dean Falk
dari Florida State University dan rekannya pada 2012, menunjukkan bahwa bagian
otak depan, bagian somatosensori, motor primer, lobus parietal, korteks
temporal, dan oksipitalis pada otak Einstein memang istimewa dibanding
kebanyakan orang. Dengan keistimewaan itu, Einstein memiliki kemampuan
penglihatan, spasial, dan matematis yang luar biasa.
Albert
Einstein terlahir sebagai bayi gemuk dengan kepala besar. Ibunya menyangka ia
adalah bayi cacat. Menderita disleksia, hingga umur sembilan tahun belum
juga bisa membaca dan menulis, dan jika berbicara tergagap – gagap. Sampai umur
17 tahun, Einstein terlihat sebagai pria kecil yang gagal dan terbelakang
secara akademis.
Sejak
balita ia menemukan kesenangan dan betah menatap cara alam bekerja. Einstein
kecil mendapatkan kompas dari ayahnya dan amat terkesan oleh kekuatan ajaib
yang tak terlihat, yang mampu mengarahkan jarum kompas.
Teori
Relativitas Einstein dengan Formula E = MC2 dapat dijelaskan secara sederhana
melalui paradoks si kembar yang mendapati saudara kembarnya sudah jauh lebih
tua setelah ia melakukan perjalanan dengan kecepatan mendekati cahaya. Fenomena
itu hanyalah bagian kecil dari Teori Relativitas Einstein, serta bagaimana
sebenarnya serangkaian postulat ke arah itu.
Dalam
sejarah ilmu pasti, hanya sedikit orang saja—di antaranya Nicolaus Copernicus
dan Isaac Newton—yang layak mendapat tempat terhormat seperti Albert Einstein,
karena pemikirannya yang revolusioner. Pemahamannya dalam bidang fisika telah
membuka mata para fisikawan dan filsuf dalam memahami alam semesta.
Secara
keseluruhan Einstein adalah pria aneh dan pecinta yang buruk juga tidak
menyukai hal – hal yang sepele dan sederhana. Ia berpikir di luar kotak, dan di
luarnya lagi, di luar lagi hingga ke ufuk semesta. Seperti ketika kita menatap
layar yang menampilkan susunan galaksi atau rasi bintang, begitulah kira – kira
cara Einstein melihat dunia. Ia adalah makhluk makrokosmos yang menjelaskan apa
yang ia lihat secara matematika.
Einstein
tidak ingin dicapekkan oleh hal – hal sepele. Bagaimana kita yang sangat banyak
sebaliknya. Negeri ini telah riuh dengan perdebatan dan perkelahian atas hal –
hal kecil yang tidak substantif. A person starts to live when he can
live outside himself, demikian Einstein. ~MNT
Comments