Oleh Muhammad Natsir Tahar
Henry
David Thoreau, seorang Filsuf Amerika berkata, tidaklah cukup dengan hanya
menyibukkan diri Anda, semut pun sibuk. Pertanyaannya adalah, apa yang
menyibukkan Anda?
Ia
menyeret kita untuk berkontemplasi: apa yang telah menyibukkan kita selama ini?
Jangan – jangan kesibukan semut lebih berguna dari kesibukan kita. Kepada kita,
Tuhan telah memberikan hadiah 86.400 detik dalam sehari. Bukan hoax,
ini benar – benar hadiah. Tidak percaya? Bagaimana dengan pilihan sulit ini:
seseorang memberikan kita satu miliar, dengan catatan, kematian kita akan
dipercepat satu tahun.
Kalau
boleh menebak, hampir semua kita pernah bahkan berulang - ulang membuang hadiah
dari Tuhan itu ke keranjang sampah. Seseorang dengan enteng berkata, ia akan
membunuh waktu. Yang benar saja, bagaimana kita bisa membunuh sesuatu yang
terus menindih kita. Waktu mendekap kita sejak lahir dan menyentak kita ke
batas akhir, itulah deadline hidup. Sedangkan waktu tak pernah
membocorkan rahasia kepada siapapun, di mana batas akhir itu. Karena waktu
telah bersekongkol dengan maut yang mengintip dan mengendap – endap.
Kata AA
Gym, dalam satu hari ada yang bisa mengerjakan 100 macam pekerjaan, ada yang
menyanggupi 50 pekerjaan, ada yang tuntas 10 pekerjaan, ada yang hanya berhasil
dengan satu pekerjaan, bahkan ada yang dalam 24 jam, untuk mengurus diri saja
tidak sanggup. Golongan yang manakah kita?
Dalam
buku First Thing First, Stephen R Covey membagi manajemen waktu ke
dalam empat kuadran yakni: Kuadran I (penting dan genting), Kuadran II (penting
dan tidak genting), Kuadran III (tidak penting dan genting) dan Kuadran IV
(tidak penting dan tidak genting). Artinya untuk menghindari situasi panik pada
Kuadran I, maka kita harus mengerjakan hal yang paling penting tanpa menunggu
situasi menjadi genting hingga melanggar deadline.
Seorang
pejabat publik akan selalu berada di Kuadran I karena mereka memiliki sederet
hal penting. Bagian terpenting dilakukan oleh seorang pemimpin daerah misalnya
mewujudkan visi dengan – sebutlah - menerapkan fungsi manajemen POAC (planning,
organizing, actuating, controlling) yang tentu saja sangat ketat.
Maka deadline lima tahun untuk mewujudkan visi besar seorang kepala daerah tidak akan pernah cukup jika hari - hari mereka selalu diusik oleh jemputan-jemputan sepele, seperti menggunting pita dan aneka ritus seremonia tak penting lainnya. Kecuali sang pemimpin sendiri yang ingin menaruh waktunya pada Kuadran III: (menganggap) tidak penting tapi selalu genting.
Maka deadline lima tahun untuk mewujudkan visi besar seorang kepala daerah tidak akan pernah cukup jika hari - hari mereka selalu diusik oleh jemputan-jemputan sepele, seperti menggunting pita dan aneka ritus seremonia tak penting lainnya. Kecuali sang pemimpin sendiri yang ingin menaruh waktunya pada Kuadran III: (menganggap) tidak penting tapi selalu genting.
Dalam
satu windu terakhir, kaum digital sudah mengidap smartphone
syndrome, semacam jebakan yang membuat kita melenggang dalam shallow
work atau aktivitas dangkal pembunuh waktu produktif yang tidak
berdampak pada peningkatan skill dan income.
Aktivitas semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang menempatkan
hidupnya di Kuadran IV, semua (menjadi) tidak penting dan tidak genting.
Sebagai
bahan permenungan mari kita berguru kepada semut yang oleh Filsuf Thoreau agak
sedikit diremehkan itu. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial,
dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per
koloni.
Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga atau tentara. Tanpa jenjang karir, tanpa reshuffle karena semut menghindari intriks politik dan konflik serta profesional pada bidangnya.
Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga atau tentara. Tanpa jenjang karir, tanpa reshuffle karena semut menghindari intriks politik dan konflik serta profesional pada bidangnya.
Meskipun
ukuran tubuh mereka relatif kecil, semut adalah super hero. Semut
jantan mampu menopang beban dengan bobot lima puluh kali berat badan mereka,
bandingkan dengan gajah yang hanya mampu mengangkat beban dengan berat dua kali
dari badannya. Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang
beban dengan berat 850 kali lipat dari tubuhnya.
Dalam
etos kerja, ketekunan dalam menghadapi rintangan, kepekaan terhadap sekitar,
kebersamaan hidup dalam koloni, produktifitas super dan efisiensi waktu adalah
hal yang patut ditiru dari bangsa semut. Semut memang sibuk, sibuk dalam
membangun peradaban, menyimpan cadangan makanan, bergotong royong, bebas
konflik dan terus membahu tanpa jeda. Lalu kita, apa pula yang kita sibukkan? ~MNT
Comments