Beauty and The Beast




Oleh Muhammad Natsir Tahar

Sabda cinta Kahlil Gibran setinggi ini: Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia walau jalannya berliku-liku. Dan pabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.

Cinta yang biasa – biasa saja tak pernah dicatat sejarah, tak rancak untuk dibentangkan dalam dongeng manapun. Kepedihan Hang Tuah saat menjemput kekasihnya Puteri Gunung Ledang, untuk dipersembahkan kepada Sultan Malaka, itulah cinta. Cinta pula yang membuat Megat Sri Rama memilih bertindak durhaka bahkan di saat karirnya sedang kemuncak.  

Demikian pula Mark Anthony pada Cleopatra, adalah pecinta agung sekaligus lebay. Megat memilih membunuh raja, Anthony malah bunuh diri karena percaya akan berita kematian Cleopatra. Cleopatra yang mendengar bahwa kekasihnya mangkat – ingin menyamakan skor - juga bunuh diri dengan racun. Cerita ini mirip Romeo dan Juliet dari Verona, Italia yang keduanya ditulis William Shakespeare.

Ihwal bunuh diri atau bunuh orang dapat dimaklumkan oleh golongan pecinta, dan Tuah pula membunuh egonya. Terlalu banyak membunuh egonya, bahkan ia memilih untuk membunuh Jebat, karena egonya telah terbunuh berkali - kali. Jasadnya lalu berjalan sebagai Zombie, mengiringi rentak kaki sang raja.

Marie dan Pierre Curie, Juan dan Evita Peron atau Habibie dan Ainun juga adalah pesohor cinta, namun tak begitu dramatis seperti kisah Qais pada Laila. Cerita cinta bermakna universal pada dongeng Walt Disney seperti King Kong pada Ann atau Princess Fiona pada makhluk rawa – rawa Shrek adalah sedikit bagian dari drama cinta antara si cantik dan si buruk rupa. Dan kisah Beauty and The Beast yang sedang tayang di layar perak sekarang, telah menginspirasi tulisan ini. Entah mengapa yang buruk rupa selalu berjenis kelamin pria.

****

Seorang pecinta agung tak peduli pada luka. Sebagai pecinta hebat, mata jasadnya pasti buta. Ia tak hirau pada elokmu, karena nantinya mengkerut dan layu jua. Dan jangan pernah mengumumkan dirimu sebagai pangeran cinta, jika lamunanmu sebatas berdegup - degup pada jelita yang parasnya diedit sosial media.

****

Kutukan itu datang di puncak pesta. Pada pertengahan 1700 - an di Perancis, seorang penyihir wanita menyamar sebagai pengemis tua, tiba di ruang istana untuk menghangatkan diri dari badai salju dan menawarkan bunga mawar sebagai pertukaran atas kehangatan dan tempat berteduh kepada pangeran, tapi pangeran menolak.

Pada prolog Beauty and The Beast – berbeda dengan film kartun originalnya yang dibuat tahun 1991 - pangeran digambarkan sebagai orang brengsek, yang berpesta-pesta mewah dengan mengorbankan rakyat miskin, sehingga ketika penyihir mengubah dirinya menjadi makhluk bertaring dan berbulu, kutukan itu tidak tampak seolah tidak adil seperti yang dicitrakan sebelumnya.

Selain mengutuk pangeran menjadi The Beast, penyihir juga mengubah para anggota istana menjadi benda mati dan menghapus kenangan tentang istana tersebut dari penduduk lokal.

Penyihir membekali sang pangeran dengan cermin ajaib yang memungkinkan untuk melihat peristiwa yang jauh, bersama dengan setangkai mawar. Untuk memecahkan mantra, sang pangeran harus belajar untuk mencintai orang lain dan mendapatkan imbalan cintanya sebelum kelopak mawar terakhir jatuh. Jika gagal, ia akan tetap menjadi The Beast selamanya.

Bertahun - tahun kemudian, di desa Villeneuve, si cantik dan kutu buku muda bernama Belle - diperankan Emma Watson - didesain sebagai penawar kutukan. Ia tinggal bersama ayahnya Maurice, seorang penemu dan pelukis. Gaston, sang pemburu dan mantan serdadu mencoba untuk merayu Belle.

Villeneuve belum terjamah renaisans, Belle dengan buku-bukunya dianggap aneh. Bahkan penduduk menista Belle ketika ia ketahuan mengajari seorang anak membaca. Belle menolak Gaston yang tak setanding dengan pengetahuannya yang luas, ia merasakan ada sesuatu di luar sana yang hebat dan sepadan dengan cintanya.

Takdir kemudian menyeretnya ke istana mati yang dihuni Beast (diperankan Dan Stevens). Belle ingin menggantikan Maurice ayahnya, yang ditawan Beast karena tertangkap basah sedang memetik mawar pesanan Belle. Belle lantas dirangkum oleh ketakutan setengah mati kepada sosok Beast yang bertanduk, berbulu dan aumannya melebihi seluruh serigala salju yang berdiam di hutan sekeliling istana.

Kebencian dan ketakutan kepada Beast berganti iba, ketika Beast menyelamatkan nyawanya dari daftar menu makan malam kawanan serigala. Ia menemukan dalam jiwa Si Buruk Rupa selaksa kepedihan terselubung oleh kecanggungan aristokratnya. Mereka menjadi dekat. Tapi cinta tak terdefenisi yang mencengangkan itu belum tumbuh di hati Belle.

Cinta itu tiba ketika Belle sang pembaca melafazkan bait – bait Romeo dan Juliet milik Shakespeare, Beast lalu menyambungnya dengan sedikit kritik. Mendengar ini, Belle membelalak kagum pada Beast. Ia makin bersinar dan histeria, ketika Beast membukakan pintu sebuah perpustakaan megah yang ada di istana.

Semua buku hebat ada di situ, membuat Belle tenggelam dan bertanya apakah Beast sudah membaca semuanya. Dengan anggun Beast menjawab: hanya sebagian dan itu buku – buku yang ditulis Yunani. Tidak perlu pembatalan mantra sebenarnya, karena Belle sudah melihat pangeran tampan, di balik sosok menyeramkan itu karena isi otaknya.

Kisah setua waktu, musik setua irama. Si cantik dan si buruk rupa. Demikian lirik soundtrack penutup dari film musikal yang dikritik agak bertele dari cerita orisinalnya ini. ~MNT

Comments