Oleh Muhammad Natsir Tahar
Dalam
sebuah imaji, Batam membuat lompatan kuantum sebagai pusat keunggulan manusia.
Jutaan umat pilihan, cerdas, kreatif, cepat menyerap ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah warga Batam pada tahun 2037. Batam sebagai Intelligent
Island dan Smart City yang sempat disangka sebatas
retorika semata ternyata menjadi kota utopia yang nyata.
Walikota
Batam pada tahun 2025 terpilih dengan cara paling demokratis, hasil olahan
kepala dua juta warga cerdas kota ini dengan akurasi dan presisi
setingkat analysis from A to Z. Alhasil, Walikota Batam
adalah makhluk nomor satu Batam dari segi leadership yang
mampu memecahkan masalah – masalah klasik sehingga kota ini ujud menjadi pusat
aglomerasi berperadaban tinggi, humanis dan religius.
Kawasan
kumuh (slumps) yang masih tersisa atau justru membiak segera
dibersihkan dan warga cerdas yang menjadi penghuninya menerima dengan tangan
terbuka. Mereka menyerahkan proposal hunian pengganti berupa rumah susun one
stop living setinggi Burj Khalifa di Dubai yang dapat disewa atau
dibeli dengan cara sangat ringan. Sang walikota menyanggupi hal itu karena dia
disokong oleh para Kepala SKPD yang otaknya setara setengah CEO Warren Buffet,
sehingga uang di kas daerah melimpah ruah.
Kebocoran
anggaran menjadi nol rupiah, karena budaya koruptif manipulatif sudah dianggap
sangat ketinggalan zaman. Dan tampaknya e-government,e-budgeting e-procurement atau
entah apalagi, semuanya lancar jaya. Barang
siapa yang masih menyimpan bibit korup yang mungkin terinfeksi atau diturunkan
secara generatif oleh orang terdahulu segera menyingkir ke zona primitif,
seperti Mayapore di India Utara dalam film Indiana Jones and The Temple
of Doom.
Setiap
jengkal tanah Batam dipandang sangat istimewa oleh warganya sehingga bangunan –
bangunan dibuat vertikal. Tidak adalagi developer yang membangun “rumah burung”
berkualitas rendah di tengah kota. Yang ada hanyalah gedung pencakar
langit Avant-garde yang menjadi bagian dari Strategic
City Marketing, sebagai upaya dari kota ini untuk menonjol dalam
konteks percaturan global yang sangat ketat, namun tetap mempertahankan nuansa
Melayu sebagai penanda kota.
Moda
transportasi dibuat sangat beradab, kemacetan diurai oleh rangkaian jalan
layang yang futuristik dan estetik serta jalur MRT bawah tanah yang menjadi
alternatif transportasi mewah dan terjangkau. Pada zaman
ini pengemudi ugal – ugalan dengan oplet yang miring sebelah sudah mengundurkan
diri dan penumpang yang menyetop angkot di sembarang tempat sudah beringsut ke
pelosok - pelosok untuk mencari jalan lengang tanpa kamera CCTV.
Di Batam
pada tahun 2037 terdapat pusat – pusat sains, seni dan teknologi seperti The
City of Arts and Sciences di Valensia atau Cultural
Complex di Shenzen. Elemen – elemen ini tidak saja melengkapi kota,
tapi menjadi bagian yang menciptakan masyarakat berkualitas tinggi yang hidup
di dalamnya, sekaligus tentunya menjadi ikonik yang akan menarik sangat banyak
turis.
Jutaan
orang akan belajar dengan penuh gairah, menyerap dengan cepat semua ilmu
pengetahuan terbaik dengan teknologi termaju di dunia. Di Batam terdapat
perpustakaan – perpustakaan besar baik yang menyediakan buku – buku
konvensional maupun perpustakaan super digital yang menyenangkan dengan
interior yang fun, cozy dan exciting. Terdapat
taman – taman yang indah di sekelilingnya, bahkan ada danau buatan yang
direnangi bangau putih.
Sambungan
internet berkualitas tinggi, Wifi bisa diakses di manapun,
kapanpun dan oleh siapapun di seluruh kota. Dengan akses informasi global
seperti ini, warga cerdas Batam sudah mampu memisahkan mana yang hoax dan
mana fakta. Warga Batam yang didominasi The Echo Boomer ini
tidak lagi membunuh waktunya untuk sindir menyindir di laman sosial media
sehari penuh dengan mengandalkan isu – isu permukaan.
Gempuran
perang proxy yang datang lewat saluran internet dengan mudah
dipatahkan oleh warga Batam yang analitik dan postmodernis. Mereka juga
serentak menertawakan netizen jadul yang masih suka membagikan
informasi sensasional yang tak berujung pangkal dan bernada provokatif.
Akhirnya karena tak kuat menahan rasa malu, netizen model lama
ini meninggalkan dunia maya untuk bergabung dengan masyarakat horor dalam
film Underworld atau yang sama dengan itu.
Kedai –
kedai kopi di Batam berubah menyerupai techno park yang tidak
lagi diisi oleh omong kosong dan muslihat dangkal. Tempat ini nantinya akan
banyak dikunjungi oleh para pecinta kopi yang cara berpikirnya secerdas Ernest
Hemingway, Albert Camus, Pablo Picasso, Voltaire, Rousseau dan Napoleon.
Setiap
hirupan kopi yang mereka sesap dapat menjadi untaian ide – ide cergas yang
membangun. Sebagai pengingat, Voltaire meminum rerata 40 sampai 50 gelas kopi
dalam sehari, dan ia sudah pun membangun revolusi berpikir bagi rakyat Perancis
dan menjadikan Paris sebagai pusat kekaguman dunia.
Sentra - sentra keagamaan semacam Islamic
Center dan pusat peradaban agama lainnya dibangun berdampingan dan
mencengangkan. Umat beragama di Batam tidak lagi merasa paling masuk surga, dan
sudah pun melompat dari lelaku kolosal saling sikut dan ejek menjadi
satusinergi kokoh dalam kebaikan untuk menjaga cita – cita filosofis
bersama: Batam Bandar Dunia Madani. ~MNT
Comments