![]() |
Ilustrasi: www.pinterest.com |
Oleh Muhammad Natsir Tahar
Aku adalah manusia ekstrem pengidap Bipolar akut.
Dalam sebatang isapan rokok, aku bisa sedemikian riang, antusias dan lalu
berubah menjadi pria histeria, pembenci segala hal yang menurutku patut
dibenci. Jika Anda seorang pengujar kebencian, maka ujaran kebencianku akan
lebih kejam dan merangkum apa saja.
Perubahan mood swing bipolar-ku amat drastis. Saat
senang aku sangat antusias tapi jikala bad
mood aku bisa over depresi, pesimis, apatis. Kata orang yang sinis
padaku, ujung hikayatku hanya diliputi dua hal: bunuh diri atau bunuh orang. O
ya!?
Baiklah,
tidak kuceritakan sisi gembiraku di sini. Aku ingin meneguhkan bahwa aku adalah
Manusia Super Pembenci alias Super Hater. Mumpung kosa kata hater sedang masuk jauh ke sanubari
para netizen. Sedikit-sedikit hater.
Orang
- orang yang berkata benar lagi mencerahkan dicap hater karena
ia kritis dan berani bertapak di jalan sunyi kebenaran. Manusia - manusia
penghujat yang kosa katanya berasal dari hutan Amazon lalu berbicara setingkat
knalpot, juga disebut hater karena
hatinya berkarat plus tak tahu adat. Tidak ada bedanya.
Aku
mulai buka saja Kotak Pandora kebencianku. Pertama untuk orang kurus. Makhluk
jenis ini menurutku patut dibenci. Teristimewa kepada yang super kurus. Aku
akan memaafkan si kurus karena ia penyakitan atau karena sistem metabolisme
tubuhnya tinggi, atau memang takdir ilahi.
Selain
itu tidak ada excuse.
Oleh otak
rusakku, orang kurus terdefinisi sebagai manusia peleceh raga. Mereka
membiarkan belulangnya hanya terbungkus kulit tipis demi untuk satu trend
semasa yang dipaksakan oleh perancang mode sok tahu. Jin Ifrit mana yang sudah
membisikkan ke telinga mereka bahwa kurus kering itu cantik, dan yang lain
buruk?
Di
antara mereka bahkan terhinggap pencitraan diri yang menyimpang semacam Anorexia Nervosa atau Bulimia Nervosa, katakanlah begitu.
Kegilaan ini umumnya menyerang wanita obsesif dan segelintir pria metroseksual
yang penurut. Mereka makan lalu memuntahkan apa saja yang mengandung kalori
demi menjaga berat badan.
Maafkan
aku hai orang kurus sedunia, karena mereka inilah aku membenci Anda semua. Jika
melihat orang kurus, imajiku berkeliaran untuk mencari pembenaran bahwa kalian
layak dibenci.
Misalnya,
aku membayangkan sebuah halte yang penuh sesak, lalu ada seorang perempuan
hamil tua yang kebetulan tidak mendapat tempat duduk. Jika di antara sederet
orang yang duduk di halte itu ada yang kurus, maka dipastikan si kurus adalah
orang yang paling tidak mungkin mampu membantu perempuan tadi untuk mengambil
alih posisi duduknya, karena ia pasti menyisakan ruang yang telalu sempit. Ah,
otakku sangat keterlaluan.
Substansi!
Lebih dari itu kenapa aku membenci orang kurus adalah karena mereka metafora
ketertindasan dan ciri khas bangsa terjajah. Potret kerja paksa Rodi dan
Romusha menampilkan sosok - sosok ringkih dan kurus kering. Manusia-manusia
penunggu mati yang berbaris di Kamp Konsentrasi Nazi adalah kulit - kulit
pembalut tulang. Mangsa - mangsa kelaparan dan kemiskinan di Somalia atau
Ethiopia berbicara lewat foto - foto mereka yang super kurus.
Kekurusan
mendominasi pikiranku tentang bangsa lemah, yang tertindas, yang kalah dan yang
mati konyol. Kita harus kuat, kita harus bangkit, kita harus melawan segala
bentuk penjajahan.
Tidak
perlu kurus, tidak perlu menghiba, tidak perlu membungkuk. Tidak perlu terkagum
- kagum pada trend dunia mode
yang menjajah, tidak perlu antre berbaris - baris untuk sekadar berebut gawai
atau film box office terbaru.
Hai
para hedonis, untuk apa kalian membelanjakan sedemikian banyak uang demi
sebentuk kesemuan gaya hidup? Untuk apa berjingkrak - jingkrak hingga mati
terinjak - injak dalam rangka mengerumuni sebuah panggung pertunjukan? Pelan -
pelan saja, hidup tidak semonyet itu.
Selanjutnya
giliran orang gemuk. Untukmu kaum obesitas, percuma saja kalian menutupi
gelambir itu dengan pakaian serba hitam. Menurutku tidak berpengaruh apa - apa.
Karena logiku selalu mendahului visualisasi kamuflase yang kalian ciptakan.
Baju hitam, ya gemuk, titik. Alasanku membenci orang - orang berlemak karena
otak mereka selalu menempel pada makanan. Kulkas mereka selalu penuh.
Mereka
kadang - kadang berbicara, namun yang terhambur dari moncong mereka tidak hanya
udara dan ludah, tapi juga serpihan makanan. Di bis kota yang padat atau di
dalam lift, orang - orang gemuk selalu dibenci.
Boleh
bertaruh, tukang becak mana yang suka mengangkut orang gemuk. Orang gemuk juga
adalah maskot lucu - lucuan untuk film - film komedi. Ingat, ini semata
pendapat pribadiku, seorang pria pemilik gelar PhD, singkatan dari Person head Damage (terjemahan
Tarzan-nya: manusia berkepala rusak).
Ini
poinnya. Orang gemuk menurutku adalah menhir kerakusan. Koruptor kerap
divisualisasikan sebagai pria tambun dengan perut buncit dan kepala botak.
Tanpa disadari kita semua adalah para pembayar pajak lalu anak cucu kita adalah
pewaris utang ribuan triliun sambil kekayaan negerinya terus dihisap hingga
kerontang. Dan uang itu sebagian telah membuat badan para koruptor semakin
gemuk.
Begitu
jahatnya tindakan korupsi, mereka melakukan ekstra
ordinary crime yang lebih kejam dari pembunuhan. Karena mereka tidak
hanya membunuh satu dua orang, tapi mampu membunuh masa depan ratusan juta anak
bangsa ini. Orang - orang ini, tidak punya peta masa depan untuk anak cucu
bangsa ini. Mereka bicara tentang kegemukan hari ini, tentang sesuatu yang bisa
ditumpuk dan diwariskan kepada kalangan sendiri.
Orang
- orang gemuk di gelanggang birokrasi bermufakat jahat dengan orang - orang
gemuk di lembaga legislatif untuk menggemukkan anggaran belanja rutin, agar
mereka semakin tambun. Orang - orang gemuk di sektor korporasi menyogok aparat
dan penentu kebijakan hingga rekening mereka gemuk - gemuk.
Orang-orang
gemuk lainnya, menciptakan trendsetter dan
mendiktekan segala jenis kebutuhan spesies bernama manusia bahkan hewan dan
tumbuhan. Mereka, para neo imperialis itu tidak akan pernah berhenti menjajah
dengan cara paling halus yang mereka bisa.
Agen
- agen neolib menggemukkan tubuh - tubuh pecundang pemilik kuasa terlebih
dahulu, sebelum mereka menguras habis deposit yang terkandung di perut bumi
pertiwi. Lalu orang - orang gemuk pengendali negeri ini atau yang berwajah
politisi, dengan mulut berbusa yang penuh dengan sisa makanan saban waktu
berkhotbah kepada orang - orang kurus tentang pentingnya kerja keras.
Maka
kebencianku kepada orang - orang gemuk adalah karena rasa marahku pada
keberingasan dan hegemoni yang mereka hunuskan terhadap orang - orang kurus.
Sedangkan kebencianku kepada orang kurus karena kemalasan dan ketidakberdayaan
mereka melawan tekanan zaman.
Terakhir,
aku membenci orang berperawakan sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Mereka
mewakili para safety player. Pencari
aman yang dengan leluasa masuk ke butik lalu mencoba aneka baju di fit roomtanpa kuatir kekecilan atau
kebesaran.
Mereka
jauh - jauh hari telah mengamankan ukuran postur mereka atas teror
ketidaknyamanan apapun. Sekali - kali yang agak lebay dari mereka akan
memamerkan six pack atau
pusar yang ditindik dengan cara yang aneh.
Tidak
sedikit dari makhluk berperut rata ini adalah para pemburu ijazah, lalu mengabdi
di perusahaan asing yang telah menguras kekayaan negerinya untuk menjadi middle leader dengan gaji Dolar, lalu
berhenti di situ sampai mati.
Mereka
mengambil jalan hidup kelas menengah, tinggal di real
estate yang nyaman dan ber-cluster kemudian
beranak pinak. Mereka rutin tertawa dan bercanda sampai langit runtuh. Jikapun
langit runtuh dan mereka dinyatakan selamat, maka mereka akan ber-selfie ria di atas reruntuhan
tersebut.
Sebagian
lagi akan sedikit berkeringat agar lulus tes atau menyuap seseorang untuk bisa
jadi pegawai negeri. Hidup mereka aman nyaman hingga kakek nenek. Terkadang
datang ke kantor hanya untuk mengisi absen, bermain smartphone atau
membaca judul - judul Koran.
Atasan
- atasan mereka korupsi, ya silakan, asal mereka bisa duduk - duduk santai di
kedai kopi atau keluar masuk mall pada jam kantor, serta gaji dan tunjangan
selalu utuh. Karena mereka yakin, negara tidak mungkin berhenti membayar gaji
dan tunjangan, meskipun harus menumpuk utang. Di antara mereka bahkan sedang
menunggu giliran, kapan waktunya jemari mereka diberi daulat untuk
mengutak-atik anggaran negara lantas segera manjadi manusia gemuk berikutnya.
Mereka
mampu mengkritik tapi mereka diam. Mereka memahami fenomena sosial, penindasan,
ketidakberdayaan, tapi bungkam. Mereka adalah barisan bebek - bebek cuek yang
anggun. Mereka logis, pragmatis dan apatis sekaligus tidak berguna untuk
membuat perubahan apapun pada bangsa ini.
Maka
biarlah aku menjadi pengujar kebencian yang paling kejam untuk ketiga jenis
manusia ini. Termasuk membenci ketidaksempurnaanku sendiri, tidak tahu sebagai
apa. Aku berbicara lewat bait - bait yang entah dimengerti atau tidak. Apakah
aku berguna? Tombol hijaunya ada di tangan Anda.
Sebentar.
Tidak adil rasanya jika aku sendiri yang terbebas dari kutukan. Maka untuk
menyenangkan Anda semua, aku akan mengambil peran paling jahat. Aku adalah
lelaki tanpa raga. Aku bisa masuk ke tubuh si kurus, si gemuk dan manusia six pack tergantung apa keperluanku.
Aku
puas mengadaptasi semua bentuk kejahatan dan kebodohan yang mereka lakukan,
sepuas Anda menilaiku sebagai seorang hipokrit, oportunis atau sebagai lelaki
pembisik yang paling dikutuk seantero ukuran postur apapun. Jika Anda sedang membayangkan
neraka Jahanam, maka letakkan aku di dasar terdalam. Demikian. ~MNT
Comments