Ilustrasi: www.womenworking.com |
Oleh Muhammad Natsir Tahar
Indonesia pasca orde baru mengalami proses instablitas politik yang – seperti dikatakan Samuel Hatington dalam Political Order in Changing Societies (1975) – ditandai oleh terpecahnya kelompok-kelompok sosial karena perbedaan kepentingan, sedang otoritas lembaga-lembaga politik tidak begitu kuat untuk menopang.
Prilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan prilaku individu yang berpola tertentu, karena itulah prilaku lembaga politik tidak pernah solid secara konsisten karena adanya perbedaan kepentingan yang juga pengetahuan individu – yang masuk ke dalam lembaga itu – tentang satu dan banyak hal. Perbedaan kepentingan yang tidak terakomodasi dengan baik inilah yang kemudian memicu menjamurnya lembaga politik atau partai politik baru yang akan bertarung sengit pada Pemilu 2009 ini.
Jika hingga hari ini sistem politik kita tidak pernah secara cukup memberikan ruang kepada massa untuk memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan politik yang berguna bagi hidupnya sebagai warga negara, maka selamanya massa akan menjadi obyek politik yang amat mudah dimobilisasi untuk kepentingan kekuasaan dan kemapanan.
Massa (baca: rakyat) akan sangat mudah terbujuk jargon para politisi narsis yang memajang billboard selebar rumah tipe 21, namun rakyat akan terlalu lelah untuk menelaah satu-satu atau mencoba menebak-nebak apa isi kepala mereka. Itu karena minimnya kemampuan analisa sekaligus rakyat sudah dibuat repot untuk mencari kebutuhan paling elementer dalam hidup mereka.
Jadi dapat ditebak, sepertinya siapa yang paling narsis dia yang akan menang. Aneka warna partai politik yang memenuhi jalan-jalan protokol sejenak akan membuat bingung pengguna jalan (baca: rakyat), namun mata mereka biasanya akan menangkap objek berupa billboard, baliho, stiker dan bendera yang paling ngejreng atau yang paling eye chatching.
Hal itu kemudian akan tertanam ke dalam alam bawah sadar mereka, sehingga secara spontan objek tersebut meski hanya berupa nama, akan tercontreng ketika ajang Pemilu berlangsung. Maka..Selamat bernarsis ria! ~MNT
Hal itu kemudian akan tertanam ke dalam alam bawah sadar mereka, sehingga secara spontan objek tersebut meski hanya berupa nama, akan tercontreng ketika ajang Pemilu berlangsung. Maka..Selamat bernarsis ria! ~MNT
Comments