Ilustrasi: mareagranate.org |
Oleh Muhammad Natsir Tahar
Kondisi kekinian di tanah air menampilkan potret buram. Bencana alam, kebangkrutan ekonomi, pemberantasan korupsi yang melelahkan serta turunnya kualitas hidup masyarakat, menyumbangkan potensi chaos dalam kehidupan bernegara.
Khalayak mungkin saja sudah lelah menghadapi kondisi tak menentu. Banyak yang apatis akan adanya perbaikan di sana – sini. Karena realitanya, kita semakin dihadapkan pada persoalan demi persoalan.
Publik kini cenderung “melarikan diri” dari kenyataan untuk kemudian membuaikan diri dengan mimpi. Melalui sinetron, infotainment dan berbagai macam audisi selebritis dadakan, perhatian mereka dialihkan. Meski kenyataannya kegetiran hidup harus dihadapi hari demi hari.
Apatisme publik juga ditampakkan dengan tidak pedulinya mereka terhadap dinamika politik praktis. Padahal sejatinya, lewat jalur politiklah, perubahan dalam sistem kenegaraan dapat dilakukan. Indonesia sedang membutuhkan figur pemimpin yang mapan dalam segala sisi. Indonesia – kita fokuskan pada Kepulauan Riau - memerlukan partisipasi aktif semua kalangan untuk mengontrol negara.
Tidak adanya perhatian kepada kehidupan berpolitik, berarti membiarkan negara ini diurus oleh sekelompok orang tertentu. Bukti nyata telah terlihat dari intrik dan manuver politik di kalangan elite, yang amat mengenyampingkan eksistensi publik bahkan pengkhianatan – pengkhianatan dipertontonkan secara vulgar. ~MNT
Comments